Dari Visegrad kami melanjutkan
perjalanan ke Esztergom selama kurang lebih 40 menit menggunakan bus menyusuri
Sungai Danube. Esztergom terletak di bagian utara Hungaria, 46 km dari
Budapest, di tepi Sungai Danube dan berbatasan dengan Slovakia. Esztergom
dulunya merupakan ibukokota Hungaria pada abad ke 10 sampai 13. Esztergom
merupakan salah satu kota tertua di Hungaria, berdiri sekitar tahun 972 dan
merupakan tempat penobatan raja pertama Hungaria, King Stephen.
Tujuan pertama kami di Esztergom
adalah Esztergom Basilica, yang merupakan gereja terbesar di Hungaria dan
terletak di tepi Sungai Danube. Kami merasa surprise ketika memasuki komplek
Basilica, karena terdengar suara flute memainkan lagu-lagu daerah Indonesia,
seperti Gundul Pacul dan beberapa lagu lain. Kami cari asal suara flute tsb,
ternyata berasal dari seorang pengamen yang berdiri di depan Basilica. Kami
dekati pengamen tsb dan kami berkenalan, rupanya dia pernah ke Indonesia dan
berteman dengan seorang pemusik di Indonesia, jadi dia diajari lagi-lagu
daerah. Esztergom Basilica dibangun pada tahun 1822 – 1869. Tinggi kubahnya
71.5 meter. Suasana di sekitar Basilica yang terletak di ketinggian ini terasa
hening.
Dari halaman Basilica yang berada
di tepi Sungai Danube, kami bisa melihat bagian negara Slovakia di seberang
sungai.
Setelah dari Basilica, kami menyusuri jalanan kota Esztergom. Esztergom
kota yang cantik dan bersih, namun sepi seperti juga Visegrad dan Szentendre.
Szentendre
Dari Esztergom, kami melanjutkan
perjalanan ke kota kecil lainnya yaitu Szentendre. Perjalanan Esztergom –
Szentendre melewati jalan yang sepi menggunakan bus hanya memakan waktu sekitar
45 menit saja. Seperti halnya Visegrad, Szentendre juga terletak di tepi Sungai
Danube dan berlokasi di wilayah Pest juga.
Nama Szentendre berasal dari
Bahasa Latin abad pertengahan dari kata Sankt Andrae (St Andrew). Sebagai kota
kecil, populasi kota ini hanya sekitar 25 ribu penduduk.
Sesampai di Szentendre, kami menyusuri
Old Town menuju Main Square yang menjadi pusat kota Di sini terdapat banyak
bangunan, monument dan gereja yang berasal dari abad ke 18 dan 19, termasuk
Memorial Cross di pusat Main Square. Kami menyusuri pedestrian di Old Town yang
merupakan jalanan batu (cobblestone street) dan di kanan kiri jalan terdapat toko-toko
kecil yang menjual souvenir dan barang-barang kerajinan lainnya, juga
restoran-restoran, galeri-galeri, gereja dan museum. Bangunan-bangunan yang
berwarna warni dan berpadu dengan jalanan batu menjadikan alun-alun Szentendre
sebagai pusat kota yang cantik.
Kami menyusuri jalanan batu
sampai kami menemukan restoran Korona untuk makan siang yang berlokasi di Main
Square. Menu yang kami pilih adalah goulash (gulyas) soup, yaitu sup daging
khas Hungaria. Di tengah cuaca siang yang sejuk dan perut yang memang sudah
lapar, semangkuk goulash soup yang hangat terasa sangat nikmat.
Setelah makan siang yang agak
kesorean, kami kembali menyusuri pedestrian Old Town, dan sempat mampir ke
sebuah toko souvenir yang terlihat menarik karena dipajang kain-kain yang
bersulam indah. Ternyata sulaman adalah salah satu kerajinan khas di sana.
Beberapa souvenir sulaman yang dijual antara lain taplak meja, sarung bantal,
alas gelas, blus, dan lain-lain. Sulamannya halus dan sangat rapi. Ketika kami
tanyakan ke ibu-ibu penjaga toko sekaligus pemiliknya, rupanya si ibu aslinya
berasal dari Serbia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar