Kami tiba di apartemen di Tokyo
dini hari Sabtu 17 September 2016. Kami memilih apartemen ini untuk tempat tinggal selama di Tokyo karena punya fasilitas
lengkap dan bersih. Letaknya berada di area pemukiman tidak jauh dari
Hamacho Station (Toei Shinjuku Line) dan Suitengumae Station (Metro Hanzomon
Line), kira-kira 10 menit jalan kaki. Di apartemen ini ada dapur dengan
peralatan masak dan makan minum yang cukup lengkap, mesin cuci dan pengering
plus setrika, tempat tidur yang cukup untuk 4 – 5 orang, peralatan mandi lengkap
(handuk, sabun, shampoo, sikat gigi) juga menyediakan wifi dan wifi portabel
yang bisa di bawa jalan2, jadi dimanapun tetap bisa terhubung dengan internet.
Setelah cukup beristirahat,
kira-kira jam 10 pagi kami baru keluar untuk mulai explore Tokyo. Inilah salah satu alasan kami untuk traveling mandiri, selain bisa lebih hemat juga waktunya lebih fleksibel karena kami sendiri yang mengatur mau mulai jalan jam berapa. Dari
apartemen kami jalan kaki menuju Suitengumae Station melewati pemukiman
penduduk. Kesan yang didapat adalah area pemukimannya tertata rapi dan bersih,
tidak ada sampah berserakan karena sampah rumah tangga dimasukkan dalam kantong yang hampir seragam dan sudah dipisahkan sesuai jenisnya dan diletakkan rapi di pinggir jalan untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan, tidak ada parit yang penuh sampah, mampet dan bau, tidak ada debu.
Sampai di Suitengumae Station kami membeli Pasmo Card dulu seharga 1000 yen
untuk transportasi kami selama di Tokyo, dimana yang 500 Yen adalah deposit. Pasmo
Card ini bisa diisi ulang.
|
Estem Plaza, apartemen tempat kami menginap di Tokyo |
|
Ini Pasmo Card, bisa dipakai untuk berbagai moda transportasi |
|
Stasiun terdekat dari apartemen, Suitengumae Station |
Ueno Park
Tujuan pertama kami adalah Ueno
Park yang terletak di kawasan Ueno, Distrik Taiko-ku. Hanya perlu berjalan kaki
sekitar 5 menit dari Stasiun Ueno, sampailah kami ke taman ini. Taman ini cukup
luas, asri dan rindang, dan biasanya
menjadi salah satu tempat hanami saat musim semi karena banyak pohon sakura
disini. Juga terdapat beberapa museum (antara lain Tokyo National Museum, Tokyo
Metropolitan Art Museum, National Science Museum) dan kebun binatang (Ueno Zoo),
serta beberapa shrine dan temple kecil, namun kami tidak masuk ke museum-museum dan
kebun binatang tsb. Taman ini mulai dibuka untuk umum pada tahun 1873. Walaupun sudah cukup berumur namun taman ini terawat dengan baik dan sepertinya menjadi salah satu tujuan warga lokal untuk jalan-jalan bersama keluarga, terlihat dari banyaknya orang tua yang mengajak anak-anaknya jalan-jalan di taman ini. Masuk ke
taman ini gratis lho.
|
Salah satu sudut Ueno Park |
|
Kebayang cantiknya di saat musim semi, dimana pohon -pohon sakura di sekeliling taman dipenuhi bunga |
Kappabashi Street
Dari Ueno Park kami menuju ke
Kappabashi Street, surganya pecinta pernak pernik dapur dan pemilik restoran karena
disini terdapat banyak sekali toko2 yang
menjual beragam perlengkapan dapur sehingga kawasan ini dikenal juga sebagai
Kitchen Town. Kappabashi street ini
terletak di antara Ueno dan Asakusa.
Stasiun terdekat untuk menuju ke sini adalah Tawaramachi Station (Subway
Ginza Line), hanya perlu jalan beberapa menit maka kita akan sampai di
Kappabashi Street. Melihat pernak-pernik dapur yang beraneka ragam disini, rasanya pengen beli juga, namun mengingat kami masih akan melanjutkan perjalanan ke Kyoto dan Osaka akhirnya kami mengurungkan niat untuk belanja pernak pernik dapur. Supaya ada kenang-kenangan dari sini akhirnya kami membeli satu set sumpit yang cantik.
|
Aneka toko pernak pernik dapur |
|
piranti makan black n white.....eh ada yg merah juga.... |
|
imut-imut kan..... |
|
sumpit cantik.....lumayan untuk kenang-kenangan |
|
ada juga yang jual tas begini.....impor dari Indonesia kah? |
|
Cuci mata di Kappabashi Street |
Asakusa
Dari Kappabashi Street selanjutnya kami menuju Asakusa. Tujuan
pertama adalah Kaminarimon (Thunder Gate). Gerbang ini pertama kali dibangun
thn 942 namun beberapa kali hancur, dan yang berdiri sekarang dibangun tahun
1950. Ramai sekali di depan gerbang ini,
sehingga susah sekali mencari spot foto yang agak lega. Di depan gerbang ini ada beberapa beca Jepang (rikshaw) yang
menunggu penumpang, biasanya yang menggunakan jasa beca ini adalah para
wisatawan dengan rute area sekitar Kaminarimon
– Sensoji Temple. Selanjutnya kami menyusuri Nakamise Dori, shopping
arcade atau jalanan menuju Sensoji Temple yang dikiri kanannya dipenuhi tokotoko
souvenir. Jalanan ini padat sekali oleh wisatawan dari berbagai bangsa dan
negara sehingga untuk melihat-lihat souvenir yang dijajakan di toko menjadi
agak kurang nyaman karena cenderung berdesakan. Akhirnya sampailah kami di
Sensoji Temple, atau disebut juga Asakusa Kannon Temple, yang merupakan temple
Buddha terbesar di Tokyo. Disini juga ramai sekali, baik oleh para wisatawan
yang hanya melihat-lihat maupun umat Buddha yang mau berdoa. Konon katanya temple
ini dibangun tahun 628. Selain Sensoji Temple, di komplek ini juga terdapat 5-Story Pagoda, sayang 5-Story
Pagoda tersebut sedang direnovasi jadi ditutup,
benar-benar ditutup sampai tidak kelihatan.
|
Karinarimon Gate |
|
Hozomon Gate |
|
Hozomon Gate |
|
Sensoji Temple |
|
Salah satu sudut komplek Sensoji Temple |
|
Sensoji Temple |
|
Hozomon Gate |
|
Cuci mata di Nakamise Dori |
|
Kios makanan di dekat Sensoji Temple |
Makan Siang di Naritaya
Setelah puas melihat-lihat Sensoji Temple dan karena sudah siang dan perut
sudah lapar, maka kami menuju salah satu resto halal yaitu Ippin Ramen, ternyata
hari itu resto tsb tutup, padahal kami sudah berjalan cukup jauh. Akhirnya kami
kembali ke arah Sensoji Temple mencari resto halal lain yaitu Naritaya, rupanya
resto ini tidak terlalu jauh dari Sensoji Temple. Ada beberapa pilihan ramen
disini dan semuanya yummy....dan yang paling penting makanan disini semuanya
halal jadi kami tidak was-was makan disini. Harganya juga worth it lah, sekitar
800-1000 yen per porsi yang cukup besar. Restonya kecil saja, jadi kami sempat
mengantri dulu karena saat kami tiba semua tempat duduknya penuh. Ada beberapa
orang Indonesia dan Malaysia yang makan disini, terdengar dari bahasa yang
mereka pergunakan. Sambil menunggu tempat, kami sholat duhur-asar dulu karena
resto ini juga menyediakan mushola walaupun kecil sekali, cukup untuk satu
orang saja. Jadi resto ini benar2 muslim friendly. Pokoknya recommended lah
untuk wisatawan muslim, makanan enak, halal, harga terjangkau dan tersedia
tempat sholat yang lengkap dengan sejadah, mukena bahkan kain sarung juga
tersedia.
|
Maksi ramen yummy, ini di lantai atas resto Naritaya, restonya vintage banget |
|
salah satu menu, ramen + ayam goreng |
|
Tampak depan resto Naritaya |
|
Halal dan tersedia wifi gratis |
Edo Tokyo Museum
Setelah makan siang, kami menuju Edo Tokyo
Museum yang terletak di distrik Ryogoku. Hanya perlu berjalan kaki sekitar 5 menit dari stasiun Ryogoku, sampailah kami
ke museum ini. Tiket masuk ke museum ini adalah 600 Yen perorang. Cukup lama
kami berada di museum yang cukup besar ini, melihat-lihat miniatur Tokyo jaman
dulu atau dikenal sebagai Edo sampai tahun 1869. Kami juga melihat pertunjukan hiburan yang dibawakan dengan menarik oleh seorang
perempuan yang mengenakan kimono.
Saat keluar dari museum dan akan
menuju stasiun kami bertemu dengan beberapa pesumo yang baru keluar dari sebuah
gedung yang terletak di samping Edo Tokyo Museum, yang ternyata gedung ini
adalah Kokugikan Sumo Stadium. Mungkin pesumo2 tersebut akan melakukan
pertandingan sumo atau bahkan baru selesai bertanding. Kelihatannya pesumo2 ini
cukup terkenal karena cukup banyak orang yang berkerumun di depan gedung
tersebut, sepertinya memang sengaja menunggu para pesumo itu keluar, bahkan ada
beberapa yang mengajak foto bareng dan minta tanda tangan.
|
Miniatur pemukiman jaman Edo |
|
Miniatur pemukiman jaman Edo |
|
Tandu bangsawan |
|
Replika jembatan di perkampungan jaman Edo |
|
Replika proses melahirkan jaman Edo |
|
Replika toko buku jaman Edo |
|
Replika bangunan jaman Edo |
|
Pura-puranya naik beca |
|
Hiburan oleh perempuan cantik berkimono |
|
Banguna Edo Tokyo Museum yang modern |
|
si penghibur yang cantik |
|
Tiket masuk Edo Tokyo Museum |
|
Ketemu rombongan pesumo |
Tokyo Metropolitan Government Observation Deck
Dari Edo Tokyo Museum selanjutnya kami menuju ke Tokyo
Metropolitan Government Building yang berlokasi di Shinjuku untuk naik ke
observation deck-nya. Dari observation deck ini kami bisa melihat Tokyo dari
ketinggian. Untuk naik kesini gratis lho.....mungkin karena gratis maka antriannya
panjang. Disini juga ada toko2 souvenir.Yang kami apresiasi adalah petugas yang mengatur arus masuk dan keluar pengunjung di pintu lift. Walaupun sudah malam dan masuk ke sana gratis, tapi para petugas tetap menjalankan tugas dengan baik, dengan keramah-tamahan khas Jepang dan selalu tersenyum.
Karena sudah malam, maka setelah
dari Tokyo Metropolitan Gov Building, kamipun langsung pulang ke apartemen.
Sebelum ke apartemen kami mampir dulu ke convenience store yang ada di dekat
apartemen, yaitu Family Mart dan Seven Eleven, untuk membeli makan malam dan untuk sarapan
besoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar