Sekelumit Cerita tentang Persiapan
Setelah sekian lama kepingin liburan
ke Jepang sekeluarga, akhirnya di pertengahan September yang lalu kami
berkesempatan ke sana. Persiapan yang kami lakukan sebelum keberangkatan antara lain adalah :
·
Pertama tentunya mengurus visa. Bagaimana cara
mengurus visa ke Jepang, sudah saya tuliskan lengkap di tulisan saya
sebelumnya.
·
Karena salah satu dokumen yang diperlukan untuk
mengurus visa adalah bukti tiket pesawat ke Jepang (pp) maka sebelumnya kami
membeli tiket dulu. Berhubung rencana liburan ini cukup mendadak, dan harga
tiket pesawat full board sdh mahal, maka akhirnya kami memilih budget airline,
yang penting kami bisa tiba dengan selamat di tempat tujuan.
·
Setelah permohonan visa kami disetujui, mulailah
kami mencari penginapan yang tarifnya terjangkau. Pilihan kami adalah apartemen
yang kami cari via airbnb. Selain tarif terjangkau, pertimbangan lain adalah
supaya kami bisa mencuci pakaian, memasak (paling tdk utk sarapan pagi) dan
disediakannya wifi gratis + wifi portable oleh pemilik apartemen.
Di Tokyo kami
memilih apartemennya Yuta di Nihonbashihamacho, Chuo-ku, dengan tarif USD 538 untuk 4 malam. Di Kyoto kami
memilih apartemennya Nami di Shinhiyoshichō, Kyōto-shi, Kyoto-fu dengan tarif
USD 447 untuk 4 malam. Sementara di Osaka kami memilih apartemennya Nanako di Higashi Nakajima dengan tarif USD untuk
1 malam.
·
Karena kami berencana mengunjungi beberapa kota
yaitu Tokyo, Yokohama, Osaka, Kyoto dan Hiroshima, maka kami membeli tiket
kereta api JR Pass untuk 7 hari seharga 29.110 Yen per orang atau sekitar Rp. 3,7 juta per orang
(tergantung kurs).
·
Tadinya kami mau menyewa Wifi portabel dari
sini, tapi karena masing2 apartemen yang kami sewa menyediakan wifi portabel
jadi kami batalkan rencana menyewa wifi portabel tsb.
·
Persiapan lain adalah mencek cuaca melalui
acuweather, ternyata menurut acuweather cuaca selama kami disana masih relatif
hangat (akhir musim panas) jadi kami hanya membawa baju2 tipis saja dan jaket
yang tidak terlalu tebal untuk antisipasi siapa tau tiba2 cuaca berubah menjadi
lebih dingin.
·
Kami juga menyusun itinerary berdasarkan hasil
browsing dari internet, juga dari grup2 traveling di facebook, supaya ada
patokan mau jalan kemana saja selama di sana.
·
Untuk makanan, kami hanya membawa sedikit saja
makanan2 kering seperti mie instan, kornet sachet, sereal, kecap & sambal
sachet, dan tak ketinggalan tolak angin cair sebagai senjata anti masuk angin. Karena berdasarkan hasil browsing, di Jepang khususnya di Tokyo, Osaka,
Kyoto, sudah banyak resto2 halal. Selain itu kami juga menginap di apartemen
yang menyediakan dapur dan alat masak, jadi kami bisa masak juga.
·
Oiya, untuk memudahkan perjalanan, kami sudah
melakukan web check-in, baik untuk kepergian maupun kepulangan.
Akhirnya.......Tiba di Jepang
Akhirnya hari Jumat 16 September
2016 pun tiba. Kami berangkat dari Jakarta jam 08.35 pagi menuju KL untuk transit
disana. Selanjutnya dari KL kami berangkat jam 14.30 waktu KL menuju Haneda
International Airport. Perjalanan alhamdulillah lancar.
Kami tiba di Haneda
sudah hampir tengah malam. Waktu lapor imigrasi kami kena random check. Mula2
si bapak yang kena, akhirnya kami berempat kena random check semua dan disuruh
masuk ke suatu ruangan oleh petugas imigrasi. Mulanya kami bingung kenapa kena
random check, kami tanyakan ke salah satu petugas yang ada di ruangan tsb tapi
si petugas gak bisa menjelaskan. Selain kami ada beberapa orang yang kena
random check dan semuanya merasa kebingungan.
Setelah kira2 setengah jam
dilanda kebingungan, akhirnya ada satu petugas yang mendatangi kami dan
menanyakan dimana kami menginap sambil menunjukkan immigration form yang sudah
kami isi saat masih di pesawat. Di immigration form tsb kami mengisi alamat
kami menginap dengan alamat apartemen di Tokyo (nomor dan jalan dimana
apartemen tsb berada). Kami jelaskan bahwa itu alamat apartemen yang kami sewa.
Untung kami membawa print-out konfirmasi dari si pemilik apartemen jadi kami
tunjukkan itu kepada si petugas, kami juga tunjukkan semua print out boarding
pass untuk kepulangan, juga tiket JR Pass. Akhirnya setelah penjelasan tsb,
paspor kami dicap....artinya kami bisa masuk ke Jepang.
Karena kami tertahan cukup lama
di imigrasi, kami baru bisa keluar bandara Haneda sekitar jam 12 malam, artinya
kendaraan umum yang menuju apartemen tempat kami menginap, baik kereta maupun
bus sudah tidak ada. Akhirnya kami naik
taxi dengan tarif yang cukup mahal yaitu 8000 Yen... yaaa gimana lagi, tidak
ada pilihan lain, daripada harus menginap di bandara menunggu jadwal kereta/bus
yang paling pagi, yang penting kami bisa tiba dengan selamat di apartemen dan
bisa beristirahat dengan nyaman setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang
dan melelahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar