Sabtu, 26 November 2016

Tokyo - Day 2, 18 September 2016



Pagi-pagi setelah sarapan, beberes dan mencuci pakaian, kamipun kembali explore Tokyo. Enaknya menyewa apartemen selain bisa masak untuk sarapan, juga bisa mencuci pakaian layaknya di rumah sendiri. Jadi paling tidak bisa menghemat biaya makan juga biaya laundry.

Meiji Shrine (Meiji Jingu)

Tujuan pertama kami adalah Meiji Shrine. Meiji Shrine yang terletak persis di sebelah Harajuku Station (JR Yamanote Line) merupakan kuil Shinto yang didedikasikan untuk jasa Kaisar Meiji dan Permaisuri Shoken dalam Restorasi Meiji. Kuil ini diresmikan tahun 1920 namun pada Perang  Dunia II kuil ini hancur.  Bangunan yang sekarang merupakan hasil rekonstruksi pada tahun 1958. Meiji Shrine ini terletak di kawasan hutan yang sangat teduh, hijau dan tenang. 
Setelah berjalan kaki sekitar 10 menit dari Stasiun Harajuku melewati torii gate yang besar dan pepohonan cedar yang teduh, sampailah kami di kompleks utama Meiji Shrine. Saat kami berada disana, ada beberapa pasangan yang menikah secara tradisional Shinto di dalam kuil, namun kami hanya bisa mengintip dari kejauhan. Pasangan pengantinnya mengenakan busana tradisional sementara keluarga kedua mempelai ada yang mengenakan kimono yang cantik-cantik juga ada yang mengenakan busana modern yang elegance dan berkesan mahal. Suka sekali melihatnya. 
Beberapa bagian kuil sedang direnovasi. Memasuki kawasan Meiji Shrine sungguh seperti memasuki dunia lain karena ambience yang sangat berbeda, dari suasana ramai dan sibuk di stasiun Harajuku ke suasana teduh dan tenang di kawasan kuil, apalagi saat kami menuju ke sana turun hujan gerimis, jadi suasana bertambah sejuk. Masuk ke kawasan Meiji Shrine ini gratis ya.

Torii Gate utama

Provenance of the Bourgogne Wine for Consecration at Meiji Jingu, di jalan memuju Meiji Shrine

Barrels of Sake Wrapped in Straw, di jalan memuju Meiji Shrine,  berseberangan dengan foto di atas
Suka aja lihat lampu taman khas Jepang ini


Torii terdepan sebelum memasuki komplek Meiji Shrine

salah satu torii yang kami temui di jalan menuju Meiji Shrine

Suasana komplek Meiji Shrine yang teduh dan tenang



Meiji Shrine Main Hall

Suasana upacara pernikahan di dalam kuil utama

Harajuku - Shibuya - Omotesando
 
Dari Meiji Shrine kami melipir ke arah Takeshita-dori yang  terletak di kawasan Harajuku. Wow....ramai sekali di Takeshita-dori. Di kiri kanan jalan terdapat toko-toko fashion trendy, terutama untuk remaja, juga outlet-outlet makanan yang sedang trend di kalangan remaja. Kawasan Harajuku memang terkenal sebagai tempat berkumpulnya para remaja dengan berbagai gaya fashion. Kami juga menyusuri Omotesando yang merupakan Champs-Elysees nya Tokyo karena di sepanjang  jalan terdapat butik2 merek terkenal antara lain Louis Vuitton, Hanae Mori, dan lain-lain.
Dari Harajuku dan Omotesando kami melanjutkan perjalanan ke stasiun Shibuya untuk bertemu  Hachiko. Siapakah Hachiko? Hachiko adalah seekor anjing yang sangat setia pada majikannya Prof Hidesaburo Ueno dan untuk mengenang kesetiaan Hachiko maka dibuatkan patungnya dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya, stasiun dimana Hachiko tiap hari mengantar dan menjemput Prof Ueno. Cerita tentang Hachiko dibuatkan filmnya lho dan dibintangi oleh si ganteng Richard Gere.
Setelah melihat si Hachiko, kami melebur dalam kesibukan Shibuya Cross. Sungguh pemandangan yang menakjubkan melihat begitu banyak manusia di saat yang bersamaan bergerak ke beberapa penjuru saat lampu penyeberangan menjadi hijau. Kami mampir juga untuk cuci mata ke Seibu dan Tokyu Hands


Takeshita Dori, lihatlah betapa ramenya

Takeshita Dori, padat merayap kayak gang senggol

Harajuku Station, lihatlah para remaja yang ada di depan stasiun dengan beragam gaya fashion
Patung Hachiko si anjing setia

Shibuya Cross

Karena gak sempat foto-foto di Omotesando, jadi posting foto lama aja di depan butik Hanae Mori (foto thn 2006)....heheh....

Foto thn 2006
Makan Siang di Sushi-ken

Dari Shibuya karena sudah siang dan lapar, kami ke Asakusa untuk mencari resto halal di sana. Pilihan kami kali ini adalah Sushi-Ken, resto sushi halal pertama di Jepang. Selain sushi, ada menu lain di sini, antara lain tempura. Resto yang nyaman dan bersih ini juga muslim friendly karena menyediakan mushola, jadi selain makan siang, kami juga bisa sholat disini. Musholanya kecil saja, tapi alhamdulillah, kami jadi gak bingung mencari tempat sholat. Makanannya juga enak. 

Mumpung berada di area Asakusa, selepas maksi kami ke Don Quijot, toko serba ada yang juga menyediakan makanan halal untuk membeli berapa cemilan. 
Ketika akan menuju stasiun, kami melihat ada karnaval di jalan, ada drumband tradisonal, ada juga semacam barongsai. Walaupun karnaval tsb dilaksanakan di jalan yang ramai, namun tidak membuat jalanan menjadi macet. Lalu lintas tetap lancar.

Bagian dalam resto Sushi-ken yang rapi dan bersih

Lantai 2 resto Sushi-ken, mushola terdapat di ujung kiri

Tempuranya enaaakk.....

karnaval yang gak bikin macet

jalan-jalan sore naik rickshaw di Asakusa

Don Quijot, toko serba ada yang menyediakan makanan dan produk halal
 Ginza

Dari Asakusa kami menuju Ginza dengan berganti kereta di Akihabara. Sore itu rupanya car free day di Ginza, jadi kami menyusuri jalanan Ginza dengan santai. Kami sempat masuk ke Isetan dan Uniqlo yang merupakan toko Uniqlo terbesar.
Setelah cuci mata di Ginza dan membeli beberapa pakaian di Uniqlo kami langsung pulang ke apartemen, karena sudah capek dan sudah menjelang malam juga, dan tak lupa mampir ke convenience store untuk belanja makanan untuk makan malam dan sarapan besoknya.

Yodobashi Akihabara

Mampir beli crepes yang enak banget

car free day @ Ginza

Senja di Ginza

Menjelang malam di Ginza

Sepedanya lucu, lengkap dengan tempat duduk anak di depan dan belakang dan pastinya safe karena lengkap dengan seat belt

Uniqlo Ginza

Uniqlo Ginza


Minggu, 20 November 2016

Tokyo - Day 1, 17 September 2016



Kami tiba di apartemen di Tokyo dini hari Sabtu 17 September 2016. Kami memilih apartemen ini untuk tempat tinggal selama di Tokyo karena punya fasilitas lengkap dan bersih. Letaknya berada di area pemukiman tidak jauh dari Hamacho Station (Toei Shinjuku Line) dan Suitengumae Station (Metro Hanzomon Line), kira-kira 10 menit jalan kaki. Di apartemen ini ada dapur dengan peralatan masak dan makan minum yang cukup lengkap, mesin cuci dan pengering plus setrika, tempat tidur yang cukup untuk 4 – 5 orang, peralatan mandi lengkap (handuk, sabun, shampoo, sikat gigi) juga menyediakan wifi dan wifi portabel yang bisa di bawa jalan2, jadi dimanapun tetap bisa terhubung dengan internet.
Setelah cukup beristirahat, kira-kira jam 10 pagi kami baru keluar untuk mulai explore Tokyo. Inilah salah satu alasan kami untuk traveling mandiri, selain bisa lebih hemat juga waktunya lebih fleksibel karena kami sendiri yang mengatur mau mulai jalan jam berapa. Dari apartemen kami jalan kaki menuju Suitengumae Station melewati pemukiman penduduk. Kesan yang didapat adalah area pemukimannya tertata rapi dan bersih, tidak ada sampah berserakan karena sampah rumah tangga dimasukkan dalam kantong yang hampir seragam dan sudah dipisahkan sesuai jenisnya dan diletakkan rapi di pinggir jalan untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan, tidak ada parit yang penuh sampah, mampet dan bau, tidak ada debu. Sampai di Suitengumae Station kami membeli Pasmo Card dulu seharga 1000 yen untuk transportasi kami selama di Tokyo, dimana yang 500 Yen adalah deposit. Pasmo Card ini bisa diisi ulang. 


Estem Plaza, apartemen tempat kami menginap di Tokyo

Ini Pasmo Card, bisa dipakai untuk berbagai moda transportasi
Stasiun terdekat dari apartemen, Suitengumae Station

Ueno Park

Tujuan pertama kami adalah Ueno Park yang terletak di kawasan Ueno, Distrik Taiko-ku. Hanya perlu berjalan kaki sekitar 5 menit dari Stasiun Ueno, sampailah kami ke taman ini. Taman ini cukup luas, asri dan rindang,  dan biasanya menjadi salah satu tempat hanami saat musim semi karena banyak pohon sakura disini. Juga terdapat beberapa museum (antara lain Tokyo National Museum, Tokyo Metropolitan Art Museum, National Science Museum) dan kebun binatang (Ueno Zoo), serta beberapa shrine dan temple kecil, namun kami tidak masuk ke museum-museum dan kebun binatang tsb. Taman ini mulai dibuka untuk umum pada tahun 1873. Walaupun sudah cukup berumur namun taman ini terawat dengan baik dan sepertinya menjadi salah satu tujuan warga lokal untuk jalan-jalan bersama keluarga, terlihat dari banyaknya orang tua yang mengajak anak-anaknya jalan-jalan di taman ini. Masuk ke taman ini gratis lho. 

Salah satu sudut Ueno Park

Kebayang cantiknya di saat musim semi, dimana pohon -pohon sakura di sekeliling taman dipenuhi bunga

Kappabashi Street
Dari Ueno Park kami menuju ke Kappabashi Street, surganya pecinta pernak pernik dapur dan pemilik restoran karena disini terdapat  banyak sekali toko2 yang menjual beragam perlengkapan dapur sehingga kawasan ini dikenal juga sebagai Kitchen Town.  Kappabashi street ini terletak di antara Ueno dan Asakusa.  Stasiun terdekat untuk menuju ke sini adalah Tawaramachi Station (Subway Ginza Line), hanya perlu jalan beberapa menit maka kita akan sampai di Kappabashi Street. Melihat pernak-pernik dapur yang beraneka ragam disini, rasanya pengen beli juga, namun mengingat kami masih akan melanjutkan perjalanan ke Kyoto dan Osaka akhirnya kami mengurungkan niat untuk belanja pernak pernik dapur. Supaya ada kenang-kenangan dari sini akhirnya kami membeli satu set sumpit yang cantik.

Aneka toko pernak pernik dapur

piranti makan black n white.....eh ada yg merah juga....

imut-imut kan.....

sumpit cantik.....lumayan untuk kenang-kenangan

ada juga yang jual tas begini.....impor dari Indonesia kah?

Cuci mata di Kappabashi Street

  Asakusa

Dari Kappabashi Street selanjutnya kami menuju Asakusa. Tujuan pertama adalah Kaminarimon (Thunder Gate). Gerbang ini pertama kali dibangun thn 942 namun beberapa kali hancur, dan yang berdiri sekarang dibangun tahun 1950. Ramai sekali di depan gerbang  ini, sehingga susah sekali mencari spot foto yang agak lega. Di depan gerbang  ini ada beberapa beca Jepang (rikshaw) yang menunggu penumpang, biasanya yang menggunakan jasa beca ini adalah para wisatawan dengan rute area sekitar Kaminarimon  – Sensoji Temple. Selanjutnya kami menyusuri Nakamise Dori, shopping arcade atau jalanan menuju Sensoji Temple yang dikiri kanannya dipenuhi tokotoko souvenir. Jalanan ini padat sekali oleh wisatawan dari berbagai bangsa dan negara sehingga untuk melihat-lihat souvenir yang dijajakan di toko menjadi agak kurang nyaman karena cenderung berdesakan. Akhirnya sampailah kami di Sensoji Temple, atau disebut juga Asakusa Kannon Temple, yang merupakan temple Buddha terbesar di Tokyo. Disini juga ramai sekali, baik oleh para wisatawan yang hanya melihat-lihat maupun umat Buddha yang mau berdoa. Konon katanya temple ini dibangun tahun 628.  Selain Sensoji Temple, di komplek ini juga terdapat 5-Story Pagoda, sayang 5-Story Pagoda  tersebut sedang direnovasi jadi ditutup, benar-benar ditutup sampai tidak kelihatan.

Karinarimon Gate

Hozomon Gate

Hozomon Gate

Sensoji Temple

Salah satu sudut komplek Sensoji Temple

Sensoji Temple

Hozomon Gate

Cuci mata di Nakamise Dori


Kios makanan di dekat Sensoji Temple
  
Makan Siang di Naritaya

Setelah puas melihat-lihat Sensoji Temple dan karena sudah siang dan perut sudah lapar, maka kami menuju salah satu resto halal yaitu Ippin Ramen, ternyata hari itu resto tsb tutup, padahal kami sudah berjalan cukup jauh. Akhirnya kami kembali ke arah Sensoji Temple mencari resto halal lain yaitu Naritaya, rupanya resto ini tidak terlalu jauh dari Sensoji Temple. Ada beberapa pilihan ramen disini dan semuanya yummy....dan yang paling penting makanan disini semuanya halal jadi kami tidak was-was makan disini. Harganya juga worth it lah, sekitar 800-1000 yen per porsi yang cukup besar. Restonya kecil saja, jadi kami sempat mengantri dulu karena saat kami tiba semua tempat duduknya penuh. Ada beberapa orang Indonesia dan Malaysia yang makan disini, terdengar dari bahasa yang mereka pergunakan. Sambil menunggu tempat, kami sholat duhur-asar dulu karena resto ini juga menyediakan mushola walaupun kecil sekali, cukup untuk satu orang saja. Jadi resto ini benar2 muslim friendly. Pokoknya recommended lah untuk wisatawan muslim, makanan enak, halal, harga terjangkau dan tersedia tempat sholat yang lengkap dengan sejadah, mukena bahkan kain sarung juga tersedia.

Maksi ramen yummy, ini di lantai atas resto Naritaya, restonya vintage banget

salah satu menu, ramen + ayam goreng

Tampak depan resto Naritaya

Halal dan tersedia wifi gratis

 Edo Tokyo Museum

Setelah makan siang, kami menuju Edo Tokyo Museum yang terletak di distrik Ryogoku. Hanya perlu berjalan kaki sekitar  5 menit dari stasiun Ryogoku, sampailah kami ke museum ini. Tiket masuk ke museum ini adalah 600 Yen perorang. Cukup lama kami berada di museum yang cukup besar ini, melihat-lihat miniatur Tokyo jaman dulu atau dikenal sebagai Edo sampai tahun 1869. Kami juga melihat pertunjukan hiburan  yang dibawakan dengan menarik oleh seorang perempuan yang mengenakan kimono.  
Saat keluar dari museum dan akan menuju stasiun kami bertemu dengan beberapa pesumo yang baru keluar dari sebuah gedung yang terletak di samping Edo Tokyo Museum, yang ternyata gedung ini adalah Kokugikan Sumo Stadium. Mungkin pesumo2 tersebut akan melakukan pertandingan sumo atau bahkan baru selesai bertanding. Kelihatannya pesumo2 ini cukup terkenal karena cukup banyak orang yang berkerumun di depan gedung tersebut, sepertinya memang sengaja menunggu para pesumo itu keluar, bahkan ada beberapa yang mengajak foto bareng dan minta tanda tangan. 


Miniatur pemukiman jaman Edo

Miniatur pemukiman jaman Edo

Tandu bangsawan

Replika jembatan di perkampungan jaman Edo

Replika proses melahirkan jaman Edo

Replika toko buku jaman Edo

Replika bangunan jaman Edo

Pura-puranya naik beca

Hiburan oleh perempuan cantik berkimono

Banguna Edo Tokyo Museum yang modern

si penghibur yang cantik

Tiket masuk Edo Tokyo Museum

Ketemu rombongan pesumo
  
Tokyo Metropolitan Government Observation Deck

Dari Edo Tokyo Museum selanjutnya kami menuju ke Tokyo Metropolitan Government Building yang berlokasi di Shinjuku untuk naik ke observation deck-nya. Dari observation deck ini kami bisa melihat Tokyo dari ketinggian. Untuk naik kesini gratis lho.....mungkin karena gratis maka antriannya panjang.  Disini juga ada toko2 souvenir.Yang kami apresiasi adalah petugas yang mengatur arus masuk dan keluar pengunjung di pintu lift. Walaupun sudah malam dan masuk ke sana gratis, tapi para petugas tetap menjalankan tugas dengan baik, dengan keramah-tamahan khas Jepang dan selalu tersenyum.

Karena sudah malam, maka setelah dari Tokyo Metropolitan Gov Building, kamipun langsung pulang ke apartemen. Sebelum ke apartemen kami mampir dulu ke convenience store yang ada di dekat apartemen, yaitu Family Mart dan Seven Eleven,  untuk membeli makan malam dan untuk sarapan besoknya.