Minggu, 05 Juni 2016

CATATAN DARI SEMINAR TATALAKSANA KEGANASAN TIROID

Akhir Mei yang lalu, tepat 4 tahun aku menjadi tuna tiroid, tapi aku baru tau bahwa tgl 25 Mei adalah Hari Tiroid Sedunia. Untuk menyambut hari tersebut maka tanggal 28 Mei 2016 RSPP mengadakan Seminar Tatalaksana Keganasan Tiroid dengan narasumber Prof. Dr. dr. Johan S Masjhur, SpPD, KEMD, SpKN dan dr. Alban Dien, SpB (K) Onk dan moderator dr. Alvita Dewi, SpKN, Mkes.
Prof Johan adalah Bapak Kedokteran Nuklir Indonesia dan praktek antara lain di RS Hasan Sadikin Bandung, sedangkan dr Alban Dien praktek antara lain di RSPP. Jadi beliau berdua adalah pakar di bidangnya masing-masing.
Seminarnya menarik, materi disampaikan dengan baik oleh para pakar dengan bahasa yang dipahami oleh awam seperti aku. Moderator dan MC nya juga asyik, bisa membawa suasana seminar menjadi cair namun tetap serius.

Beberapa hal yang sempat aku catat dari seminar tersebut adalah :

1.   Kanker tiroid adalah kanker yang mudah disembuhkan dengan catatan jika ditangani dan diterapi secara cepat dan tepat. Oleh karena itu kanker tiroid disebut sebagai benign carsinoma atau ganas yang jinak. Menurutku ini point yang paling penting.

2.   Di sekitar kelenjar tiroid itu terdapat pembuluh2 darah, syaraf2, dan 4 kelenjar paratiroid. Sebelum dilakukan tindakan operasi pengangkatan kelenjar tiroid, biasanya dilakukan preservasi dulu terhadap pembuluh2 darah dan syaraf2 yang ada di sekitar kelenjar tiroid agar tidak terjadi pendarahan hebat pada saat dan pasca operasi. Itulah sebabnya pasien pasca operasi tiroid perlu dirawat di ruang ICU paling tidak selama 24 jam supaya kondisi si pasien terpantau dengan ketat, terutama karena adanya kemungkinan pendarahan hebat pasca operasi.

3.   Tiga kelainan utama kelenjar tiroid adalah : hypofunction, hyperfunction dan enlargement/goiter (diffuse enlargement, nodular enlargement).

4.   Kanker tiroid merupakan keganasan kelenjar yang paling banyak ditemukan dan membutuhkan pembedahan serta termasuk dalam top 10 kanker ganas. Beberapa jenis bahkan keganasannya agresif dan berpotensi menjadi fatal.

5.   Beberapa jenis kanker tiroid adalah : papillary (paling banyak ditemukan, berdiferensiasi baik, pertumbuhannya lambat), follicular (berdiferensiasi baik, kedua yang paling banyak ditemukan, lebih agresif), mixed papillary-follicular, hurthle cell tumor (berdiferensiasi menengah), medullary (agresif, tidak dapat menyerap I-131), anaplastic (yang paling agresif, 30% merupakan perkembangan dari cancer yang berdiferensiasi baik, treatmentnya dengan chemo atau radiasi).

6.   Indikasi yang menyebabkan dilakukannya pembedahan tiroid adalah : pembesaran kelenjar tiroid (goiter), beberapa jenis hyperthyroidism, thyroid nodules/cancer, karena alasan kosmetik.

7.   Jika sudah tuna tiroid tetap boleh/bisa hamil, obat pengganti hormon tiroid (levotiroksin) yang diminum secara rutin oleh tuna tiroid tidak mengganggu janin.

8.   Thyroidectomy endoscopy dilakukan hanya untuk mengambil nodul/benjolan kecil pada kelenjar tiroid, tidak dapat digunakan untuk mengangkat kelenjar tiroid yang terindikasi kanker.

9.   Tatalaksana terintegrasi untuk karsinoma tiroid adalah surgery (thyroidectomy), radioactive iodine therapy (remnant ablation) dan hormonal supression therapy (pemberian hormon tiroksin/levotiroksin untuk menekan TSH) atau disebut the triad of initial therapy.

10.  85 % karsinoma tiroid sembuh dengan bedah, ablasi dan supresi TSH. 10-20 % kambuh dalam 5-15 tahun setelah terapi primer.

11. Terapi dengan iodine radioaktif diberikan untuk indikasi : graves disease, toxic  multinodular goiter, solitary hyperfunctioning nodule, nontoxic multinodular goiter, goiter recurrence, ablasi sisa jaringan tiroid pasca operasi. Terapi dengan iodine radioaktif tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan menyusui.

12. Prinsip kehati-hatian pada Radioactive Iodine Therapy sebagai berikut : kontraindikasi absolut untuk ibu hamil dan menyusui, tidak boleh bertemu dengan anak usia < 13 tahun dan ibu hamil dalam 3 hari pertama setelah minum iodium radioaktif atau setelah keluar dari kamar isolasi, tidak boleh hamil selama 6 bulan setelah minum iodium radioaktif, jangan menyusui setelah minum iodium radioaktif atau hentikan selama beberapa minggu, bilas toilet dengan air sebanyak mungkin setelah digunakan.

13. Pengobatan dengan iodium radioaktif (I-131) dapat diberikan berulang sampai total kumulatif 800 mCi dan tidak akan menimbulkan cancer lain/cancer sekunder.

14. Untuk pemantauan pasca total tiroidektomi & ablasi : puasa levotiroksin selama 4-6 minggu kemudian lakukan cek darah Tg, anti Tg dan TSH. Jika TSH > 30 maka angka Tg dan anti Tg baru bisa dipakai sebagai acuan untuk terapi selanjutnya.

15. Target TSH untuk tuna tiroid adalah 0.1 – 0.2.

16. Minum levotiroksin dalam keadaan perut kosong, 1 jam kemudian baru boleh makan . Sebaiknya minum pada waktu yang sama setiap harinya. Levotiroksin cukup diminum satu kali saja setiap harinya karena efeknya lama (sampai 20 jam).

17. Yang perlu diperhatikan sebelum pengobatan dengan iodium radioaktif (ablasi) :

  • Selama paling kurang 14 hari sebelum pengobatan hindari mengkonsumsi makanan laut, obat, jamu dan bahan lain yang mengandung kadar iodium tinggi serta tidak menggunakan obat gosok leher.
  • Ibu menyusui dan ibu hamil tidak boleh mendapat pengobatan iodium radioaktif, pastikan tidak sedang hamil.
  • Selama 6 jam sebelum minum iodium radioaktif harus puasa (boleh minum air putih), satu jam setelah minum iodium radioaktif baru boleh makan.
  • Iodium radioaktif diberikan 4-6 minggu setelah tindakan tiroidektomi total.
  • Harap konsultasikan dengan dokter tentang obat2an yang akan digunakan sebelum dan sesudah pengobatan


18.   Yang perlu diperhatikan setelah pengobatan (ablasi) :

  • Selama 3-4 hari setelah minum iodium radioaktif pasien akan ditempatkan di ruang isolasi khusus, tidak boleh bertemu dengan pengunjung, dan baru diizinkan meninggalkan ruang isolasi bila paparan radiasi sudah dianggap aman.
  • Dua minggu setelah pengobatan, makanan laut, obat, jamu dan bahan lain yang mengandung kadar iodium tinggi boleh dikonsumsi lagi termasuk menggunakan obat gosok leher.
  • Selama 6 bulan setelah pengobatan tidak boleh hamil.
  • Selama 6-12 bulan sekali dilakukan pemantauan untuk menentukan kadar TSHs, tiroglobulin, antibodi antitiroglobulin, pencitraan USG, dan sidk tiroid seluruh tubuh (whole body scanning). Bila hasilnya baik pemantauan berikutnya cukup dilakukan 2-3 tahun sekali.
  • Pakaian dan alat makan yang digunakan selama 3 hari terakhir setelah pemberian iodium radioaktif, setelah dicuci bersih dapat digunakan kembali.

19.   Hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada pengobatan dengan iodium radioaktif :

  • Radiasi pembancar beta dari iodium radioaktif (I-131) akan mematikan sel2 kanker dan anak sebarnya.
  • Karena seluruh kelenjra tiroid sudah diangkat maka akan terjadi kekurangan hormon tiroid (hipotiroid), jadi perlu mendapat hormon tiroid dalam dosis supresi seumur hidup sebagai pengganti dan penekan pertumbuhan sel kanker.
  • Dosis hormon tiroid ditentukan oleh dokter berdasarkan kadar TSH.
  • 4-6 minggu sebelum dilakukan pemantauan, hormon tiroid dihentikan untuk merangsang kadar TSH, sebagai alternatif dapat diberikan thyrogen (human recombinant TSH) tanpa perlu menghentikan hormon tiroid.
  • Cairan iodium radioaktif tidak berbau, tidak berasa dan tidak menimbulkan alergi. Efek samping jarang terjadi, bisa terjadi mulut kering, gastritis, eksaserbasi hipertiroidi dan pemburukan oftalmopatia aktif (bila ada).

Demikianlah beberapa hal yang sempat aku catat dari seminar tersebut. Tentunya tak lupa aku mengucapkan terima kasih pada pihak RSPP yang telah menyelenggarakan seminar yang sangat bermanfaat tsb secara gratis.

4 komentar:

  1. Makasih informasinya ya mba. Bermanfaat banget

    BalasHapus
  2. sama-sama mba Yuni.....selamat menjalani ibadah puasa Ramadhan....dan tetap sehat & semangat ya....

    BalasHapus
  3. Keren... informasi yang bermanfaat....

    BalasHapus
  4. Keren... informasi yang bermanfaat....

    BalasHapus