Tahun lalu saya berkesempatan melakukan perjalanan ke Jerman untuk menengok si adik yang kuliah di sana.
Ini adalah perjalanan pertama
saya ke luar negeri dimana saya harus mengurus visa sendiri.
Sebelumnya saya pernah naik haji
dan umrah, untuk keperluan ini yang mengurus semuanya adalah pihak travel.
Pernah ke Jepang juga, tapi karena
untuk kursus yang dibiayai perusahaan, jadi yang mengurus visa juga perusahaan.
Nah...kali ini karena untuk
keperluan pribadi ya mau gak mau harus urus sendiri.
Sebenernya bisa juga memakai jasa
travel, namun karena kali ini saya pergi berdua si kakak dan
si kakak sudah pernah 2x ke Eropa (kepergiannya yang kedua dengan tujuan
utama Jerman, juga mengurus sendiri), jadi
apa salahnya untuk kali ini kami urus sendiri saja.
Selain mengandalkan si kakak, saya juga browsing2 cari info mengenai pengurusan visa schengen.
Karena tujuan utama kami adalah
menengok si adik yang sedang kuliah di Jerman, maka kami
mengurus visa schengen melalui kedutaan Jerman di Jakarta.
Apakah visa schengen itu ? Visa schengen adalah satu visa yang berlaku untuk banyak negara di Eropa, yaitu negara Islandia, Hungaria, Latvia, Luxembourg, Malta, Polandia, Portugal, Norwegia, Swedia, Prancis, Italia, Belanda, Jerman, Austria, Spanyol, Swiss, Lichtenstein, Belgia, Yunani, Finlandia, Estonia, Slovenia, Slovakia, Republik Ceko, Lithuania dan Denmark
Langkah pertama adalah membuka
website Kedutaan Jerman untuk mencari tau persyaratan apa saja yang dibutuhkan.
Alamat web-nya sbb : (http://www.jakarta.diplo.de/).
Karena kami menggunakan visa turis, maka persyaratan yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut :
Konfirmasi
akan dikirimkan melalui e-mail dan bukti konfirmasi ini harus diprint dan
ditunjukkan kepada petugas di pintu masuk Kedutaan Jerman.
2.
Mengisi formulir permohonan yang bisa diunduh
melalui website
Jika sudah diisi lengkap maka formulir tsb diprint dan
dibawa /diserahkan ke Kedutaan beserta syarat2/dokumen yang lain sesuai tanggal
yang sudah dikonfirmasi.
3.
Mengisi lembar pernyataan - jadwal perjalanan yang dapat diunduh
melalui
Lembar
pernyataan ini juga harus kita print dan diserahkan beserta syarat2 yang lain.
4.
Pasfoto berwarna terbaru ukuran 3,5 x 4,5 cm
latar belakang putih atau abu2 muda, di zoom 80 % wajah, sebanyak 2 lembar.
Saya membuat pasfoto ini di Studio Jakarta di Jln Sabang, Jakarta. Di Jalan
Sabang ini banyak studio foto, namun pilihlah yang sudah biasa membuat pasfoto
untuk visa. Untuk contoh pasfoto bisa dilihat melalui
5.
Jangan lupa membawa paspor asli. Pastikan masa
berlakunya berakhir paling tidak 6 bulan dari tanggal kedatangan kita ke
tujuan.
6.
Asuransi perjalanan. Informasi mengenai asuransi
perjalanan (jumlah minimum pertanggungan dan perusahaan asuransi lokal yang
ditunjuk) dapat dilihat melalui
Kami memilih
asuransi Smart Traveller paket Family untuk 2 orang tertanggung dari perusahaan
asuransi Axa dengan premi yang harus dibayar sejumlah USD 68,00 atau dengan kurs saat itu Rp.
910.792,00. Untuk apply polis dapat dilakukan secara online dan setelah
dilakukan pembayaran melalui ATM maka polis akan dikirim ke alamat e-mail kita.
Polis ini juga diprint dan diserahkan bersama dokumen lain.
7.
Print-out reservasi tiket pesawat yang belum
dibayar. Berdasarkan referensi yang kami baca, bahwa maskapai yang bisa on-hold
booking adalah Qatar Airways jadi kami mendapatkan reservasi tiket tujuan
Berlin dengan on-hold booking (alias belum dibayar) melalui Qatar Airways. Kami
gak mau dong ambil risiko membeli tiket sementara belum ada kepastian
mendapatkan visa. Lagipula syarat untuk urus visa cukup dengan on-hold booking
ticket kok.
8.
Jadwal perjalanan di dalam wilayah schengen
(itineraries). Nah untuk membuat itineraries ini tugas si kakak karena dia
yang sdh pengalaman jalan2 di Eropa. Si kakak membuat dalam format excel, dan
isinya antara lain jadwal perjalanan beserta tempat menginap plus kode
reservasi hotel-nya. Print juga jadwal perjalanan ini.
9.
Tempat menginap. Ini tugas si kakak juga untuk
booking hotel melalui internet. Konfirmasi reservasi hotel diikimkan oleh hotel
melalui e-mail dan bukti ini kami print dan diserahkan juga ke petugas di
Kedutaan untuk melengkapi persyaratan.
10.
Pembiayaan perjalanan. Kami menyerahkan rekening
koran 3 bulan terakhir dan juga fotokopi kartu kredit. Untuk saldo pada
rekening sih gak ada ketentuan berapa, jadi kami serahkan aja rekening koran
kami apa adanya.
11.
Kami juga menyerahkan Surat Keterangan Kerja
dari kantor (untuk saya) dan Surat Keterangan Kuliah dari fakultas (untuk si kakak) semuanya dalam Bhs Inggris, yang intinya bahwa saya punya pekerjaan di
sini dan biaya selama perjalanan ditanggung oleh saya sendiri.
Pada hari H sesuai perjanjian, pagi2
kami berdua datang ke Kedutaan Jerman. Berdasarkan perjanjian, jadwal si kakak jam
08.00 – 08.30 dan saya jam 08.30 – 09.00. Saat si kakak maju ke loket untuk
menyerahkan berkas2/dokumen, dia ditanya oleh petugas apakah pergi sendiri atau
dengan siapa.
Karena si kakak bepergian dengan
ibunya, maka oleh si petugas, berkas2 saya diminta untuk diserahkan sekalian
saja dan yang diwawancarai cukup si kakak, saya disuruh duduk manis saja.
Setelah dokumen2 diperiksa dan
lengkap, kami diminta untuk membayar sejumlah 60 Euro perorang atau dengan kurs
saat itu sama dengan Rp. 880.000,00. Selanjutnya kami diambil sidik jari .
Terakhir si kakak diberi secarik kertas untuk pengambilan visa 6 hari kemudian
dan setelah ditanyakan ternyata pengambilan visa bisa dilakukan oleh si kakak
saja dan tidak perlu surat kuasa dari saya.
Keseluruhan proses tersebut
(pemeriksaan dokumen sampai pengambilan sidik jari untuk kami berdua) hanya
memerlukan waktu kira2 45 menit saja.
Setelah 6 hari menunggu dengan
cemas....akhirnya visa kami dapatkan....alhamdulillah.
Tapi ternyata Kedutaan Jerman hanya memberikan visa pas
sesuai itinerary yang kami ajukan yaitu dari tgl 3 –
17 Oktober saja, padahal menurut info yang saya dengar, kalau melalui Kedutaan
lain biasanya durasi waktunya dilebihkan....gak pas2an sesuai itinerary jadi
bisa lebih fleksibel dalam mengatur perjalanan terutama dalam mencari tiket
pesawat.