Sabtu, 18 Mei 2019

Esztergom dan Szentendre - Kota-kota Kecil Nan Cantik di Hungaria

Esztergom

Dari Visegrad kami melanjutkan perjalanan ke Esztergom selama kurang lebih 40 menit menggunakan bus menyusuri Sungai Danube. Esztergom terletak di bagian utara Hungaria, 46 km dari Budapest, di tepi Sungai Danube dan berbatasan dengan Slovakia. Esztergom dulunya merupakan ibukokota Hungaria pada abad ke 10 sampai 13. Esztergom merupakan salah satu kota tertua di Hungaria, berdiri sekitar tahun 972 dan merupakan tempat penobatan raja pertama Hungaria, King Stephen.

Tujuan pertama kami di Esztergom adalah Esztergom Basilica, yang merupakan gereja terbesar di Hungaria dan terletak di tepi Sungai Danube. Kami merasa surprise ketika  memasuki komplek Basilica, karena terdengar suara flute memainkan lagu-lagu daerah Indonesia, seperti Gundul Pacul dan beberapa lagu lain. Kami cari asal suara flute tsb, ternyata berasal dari seorang pengamen yang berdiri di depan Basilica. Kami dekati pengamen tsb dan kami berkenalan, rupanya dia pernah ke Indonesia dan berteman dengan seorang pemusik di Indonesia, jadi dia diajari lagi-lagu daerah. Esztergom Basilica dibangun pada tahun 1822 – 1869. Tinggi kubahnya 71.5 meter. Suasana di sekitar Basilica yang terletak di ketinggian ini terasa hening.

Dari halaman Basilica yang berada di tepi Sungai Danube, kami bisa melihat bagian negara Slovakia di seberang sungai.

Setelah dari Basilica, kami  menyusuri jalanan kota Esztergom. Esztergom kota yang cantik dan bersih, namun sepi seperti juga Visegrad dan Szentendre.














Szentendre

Dari Esztergom, kami melanjutkan perjalanan ke kota kecil lainnya yaitu Szentendre. Perjalanan Esztergom – Szentendre melewati jalan yang sepi menggunakan bus hanya memakan waktu sekitar 45 menit saja. Seperti halnya Visegrad, Szentendre juga terletak di tepi Sungai Danube dan berlokasi di wilayah Pest juga.

Nama Szentendre berasal dari Bahasa Latin abad pertengahan dari kata Sankt Andrae (St Andrew). Sebagai kota kecil, populasi kota ini hanya sekitar 25 ribu penduduk.

Sesampai di Szentendre, kami menyusuri Old Town menuju Main Square yang menjadi pusat kota Di sini terdapat banyak bangunan, monument dan gereja yang berasal dari abad ke 18 dan 19, termasuk Memorial Cross di pusat Main Square. Kami menyusuri pedestrian di Old Town yang merupakan jalanan batu (cobblestone street) dan di kanan kiri jalan terdapat toko-toko kecil yang menjual souvenir dan barang-barang kerajinan lainnya, juga restoran-restoran, galeri-galeri, gereja dan museum. Bangunan-bangunan yang berwarna warni dan berpadu dengan jalanan batu menjadikan alun-alun Szentendre sebagai pusat kota yang cantik.

Kami menyusuri jalanan batu sampai kami menemukan restoran Korona untuk makan siang yang berlokasi di Main Square. Menu yang kami pilih adalah goulash (gulyas) soup, yaitu sup daging khas Hungaria. Di tengah cuaca siang yang sejuk dan perut yang memang sudah lapar, semangkuk goulash soup yang hangat terasa sangat nikmat.

Setelah makan siang yang agak kesorean, kami kembali menyusuri pedestrian Old Town, dan sempat mampir ke sebuah toko souvenir yang terlihat menarik karena dipajang kain-kain yang bersulam indah. Ternyata sulaman adalah salah satu kerajinan khas di sana. Beberapa souvenir sulaman yang dijual antara lain taplak meja, sarung bantal, alas gelas, blus, dan lain-lain. Sulamannya halus dan sangat rapi. Ketika kami tanyakan ke ibu-ibu penjaga toko sekaligus pemiliknya, rupanya si ibu aslinya berasal dari Serbia.














Visegrad, Kota Kecil yang Bersejarah di Hungaria

Hari kedua di Hungaria (13 Nov 2018), kami mengunjungi beberapa kota kecil yang berlokasi tidak begitu jauh dari Budapest yaitu Visegrad, Esztergom dan Szentendre. Ketiga kota kecil ini merupakan kota bersejarah khususnya bagi bangsa Hungaria.


Visegrad

Kota pertama yang kami kunjungi adalah Visegrad. Visegrad merupakan kota kecil di wilayah Pest. Kota kecil ini terletak di utara kota Budapest di tepi Sungai Danube. Kami berangkat sekitar jam 8 pagi dari hotel tempat kami menginap di Budapest dan perjalanan ke Visegrad memakan waktu kurang dari 1 jam menggunakan bus. Sampai di Visegrad hari masih pagi dan kotanya sepi sekali, wajar saja karena populasi penduduknya hanya sekitar 2000 orang.

Visegrad dikenal karena adanya istana musim panas King Matthias Corvinus yang bergaya Renaissance dan adanya benteng (citadel)  abad pertengahan. Visegrad merupakan kota yang sudah berumur cukup tua dan diperkirakan sudah ada sejak tahun 1009. Kota ini dulu pernah dihancurkan oleh bangsa Mongol ketika bangsa Mongol melakukan invasi ke Eropa tahun 1242. Kemudian kota ini dibangun kembali oleh King Charles I dan menjadikannya sebagai tempat kediaman dan singgasana Hungaria pada tahun 1325, namun sekitar tahun 1405 King Sigismund memindahkan singgasananya ke Buda. Selanjutnya King Matthias Corvinus menggunakan kota Visegrad sebagai kota tempat tinggalnya. Visegrad kehilangan kepentingannya setelah perpecahan Kerajaan Hungary akibat Perang Mohacs tahun 1526.

Sesampai di Visegrad kami langsung menuju ke kastil yang terletak di atas bukit dan dikenal sebagai Upper Castle (Citadel). Kastil ini sekarang dibuka untuk umum dan menjadi museum. Untuk masuk ke komplek kastil kita perlu membeli tiket seharga 1700 Forint untuk orang dewasa. Suasana tentram dan hening kami rasakan ketika memasuki komplek kastil ini. Di kejauhan terlihat Sungai Danube dan pemandangan sekelilingnya yang indah. Kami berkeliling kastil dan memasuki beberapa bagiannya/museum, salah satunya yaitu Wax Museum. Di museum ini terdapat diorama mengenai kehidupan bangsa Hungaria pada zaman dulu. Sayang waktu kami terbatas, jadi belum semua bagian Upper Castle bisa kami explore.

Setelah invasi bangsa Mongol, pada tahun 1240-1250-an King Bela IV dan istrinya membangun sistem pertahanan di dekat tempat sebelumnya.  Bagian pertama system pertahanan yang baru tsb adalah Upper Castle yang terletak di atas bukit dan mempunyai 3 menara. Pada abad ke 14, kastil tsb menjadi kediaman raja dan dilakukan perluasan. Tahun 1544 Visegrad diduduki oleh Kerajaan Ottoman dan lepas dari Kerajaan Ottoman pada tahun 1595-1605, namun kembali berada dalam kekuasaan Turki sampai tahun 1685. Kastil ini kemudian mengalami kerusakan serius dan tidak pernah digunakan lagi.

Setelah mengelilingi komplek kastil yang terletak di atas bukit  dan memandang keindahan Sungai Danube  dari ketinggian selanjutnya kami turun ke area parkir. Di area parkir terdapat cafĂ© kecil dan toko souvenir yang saat kami datang belum buka. Selanjutnya kami jalan-jalan sebentar menyusuri kota Visegrad yang sepi. Sebenarnya di Visegrad ada juga Royal Palace yang merupakan istana musim panas King Matthias Corvinus, namun kami tidak mengunjunginya.

























Senin, 13 Mei 2019

Budapest, Kota Cantik Yang Dibelah Sungai Danube



Setelah menempuh perjalanan dengan Qatar Airways selama kurang lebih 17 jam (Jakarta – Doha kurang lebih 8.5 jam, transit di Doha sekitar 3 jam dan Doha – Budapest sekitar 5.5 jam), akhirnya kami mendarat di bandara Ferenc Liszt International Airport Budapest pada pagi hari tanggal 12 November 2018 sekitar jam 06 pagi waktu setempat. Proses imigrasi dan pengambilan bagasi berjalan lancar. Sambil menunggu bus yang akan menjemput, kami sempat menukar mata uang Forint di money changer yang ada di bandara. Kami juga menyempatkan membersihkan diri di rest room bandara karena kami akan langsung city tour Budapest. Bandara Budapest sendiri tergolong sederhana dan kecil untuk ukuran bandara internasional. Keluar bandara, udara dingin langsung menerpa kulit, sehingga kami segera memakai jaket yang memang sudah disiapkan.

Sekitar jam 08 pagi, bus yang kami tunggu datang. Alhamdulillah busnya besar dan bagus,  diisi 13 orang (12 peserta tour + 1 tour leader), jadi lega bisa duduk dengan santai. Sopirnya masih muda, cool dan berpakaian rapi,  seperti layaknya pekerja kantoran.




 HEROES SQUARE

Tujuan pertama kami adalah HEROES SQUARE – yaitu alun-alun utama di kota Budapest, dimana terdapat Millenium Monument di tengah-tengahnya dan juga dikelilingi oleh Museum of Fine Arts & Hall of Art. Millenium Monument dibangun mulai tahun 1896 untuk memperingati 1000 tahun berdirinya kerajaan Hungaria atau datangnya bangsa Magyar (nenek moyang bangsa Hungaria) dari Asia Tengah ke Hungaria. Pada bagian bawah monument ini terdapat patung 7 pemimpin bangsa Magyar yaitu Arpad (pendiri  Hungaria), Elod, Ond, Kond, Tas, Huba dan Tohotom.

Di bagian kiri alun-alun terdapat barisan kolom-kolom dimana terdapat patung raja-raja Hungary yang terlihat gagah, yaitu Stephen I of Hungary (berkuasa tahun 1000 – 1038), Ladislaus I of Hungary (berkuasa 1077 – 1095), Coloman of Hungary (berkuasa 1095 – 1116), Andrew II of Hungary (berkuasa 1205 – 1235), Bela IV of Hungary (berkuasa 1235 – 1270), Charles I of Hungary (berkuasa 1301 – 1342) dan Louis I of Hungary (berkuasa 1342 – 1382).

Di bagian kanan alun-alun juga terdapat barisan kolom-kolom yang terdapat patung-patung raja/tokoh bangsa Hungary yaitu John Hunyadi (pemimpin militer dan tokoh politik di Eropa Tengah dan Timur pada abad ke 15), Matthias Corvinus (Raja Hungary & Croatia 1458 – 1490), Istvan Bocskay (Pangeran Transylvania 1458 -1490), Gabriel Bethlen (Raja Hungary 1620 – 1621), Imre Thokoly (Pangeran Transylvania 1690 dan Pangeran Upper Hungary 1682 – 1685), Francis II Rakoczi (Pangeran Transyvania 1704 – 1711) dan Lajos Kossuth (Presiden Gubernur Hungary 1849).

Dari Heroes Square kami melanjutkan perjalanan menyusuri kota Budapest yang dibelah oleh Sungai Danube, menjadi area Buda yang terletak di sisi barat Sungai Danube dan area Pest yang terletak di sisi timur. Budapest yang merupakan ibukota Hungaria adalah kota yang cantik baik pemandangannya maupun arsitekturnya sehingga dijuluki Paris dari Timur. Tahun 1987 Budapest  (Tepian Sungai Danube, Buda Castle Quarter dan Andrassy Avenue) masuk sebagai UNESCO World  Heritage List untuk budaya dan arsitekturnya.

Kami menyusuri kota Budapest melewati Chain Bridge dan beberapa jembatan indah lainnya menuju Gellert Hill, melewati Citadella yang merupakan sebuah benteng , juga melewati  Liberty Monument yang terletak di atas bukit Gellert. Dari atas Gellert Hill kita bisa melihat panorama kota Budapest yang indah , bisa melihat sisi Buda dan Pest, juga melihat kecantikan Sungai Danube dari ketinggian. Sayangnya saat kami ke sana cuaca agak berkabut jadi keindahan panorama Sungai Danube dan kota Budapest agak terhalang oleh kabut.


















 FISHERMAN’S BASTION

Setelah puas menikmati keindahan Budapest dari atas bukit, kami melanjutkan perjalanan ke  Fisherman’s Bastion, salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Fisherman’s Bastion dibangun pada tahun 1890 – 1905 sebagai monumen peringatan seribu tahun kedatangan bangsa Magyar di Hungaria, sama seperti Heroes Square. Bangunan bergaya neo-Gothic tersebut terdiri dari 7 menara sebagai symbol dari 7 pemimpin bangsa Magyar. Dari Fisherman’s Bastion, kita dapat melihat Parliament Building yang indah, Sungai Danube dengan kapal ferry yang hilir mudik, Chain Bridge, kubah gereja St Stephen, serta bagian kota Buda dan Pest. Berdampingan dengan Fisherman’s Bastion terdapat Matthias Church. Gereja yang menjadi tempat pernikahan King Matyas  (Matthias) dan mulai dibangun pada abad ke 13 ini ini juga menjadi salah satu landmark Budapest. Gereja ini sudah mengalami beberapa kali renovasi sehingga arsitekturnyapun merupakan campuran dari beberapa gaya. Di pelataran antara Fisherman’s Bastion dengan Matthias Church terdapat patung perunggu King Stephen yang terlihat gagah di atas kudanya. King Stephen merupakan raja pertama Hungaria yang dinobatkan pada sekitar tahun 1000.

Setelah puas berkeliling Fisherman’s Bastion, memandang kota Budapest dan S Danube serta berfoto di sana, kami melanjutkan keliling kota Budapest melewati area Buda dan area Pest, Parliament Building yang indah, St Stephen Basilica, Opera House, Royal Palace dan beberapa bangunan lain. Secara umum menurut pengamatan pribadi, Budapest merupakan kota yang indah, bersih, rapi, lalu lintas lancar, tidak crowded. Kemudian setelah makan siang di sebuah restoran (lupa nama restonya) kami sempat mampir juga ke sebuah mall sebentar untuk sekedar cuci mata (lupa juga namanya), selanjutnya diantar ke hotel Park Inn by Radisson untuk istirahat. 
















DANUBE RIVER CRUISES

Pada malam ke-2 di Budapest, kami diajak menyusuri Sungai Danube menggunakan kapal wisata yang beratap kaca sehingga kami bisa melihat panorama sekitar dengan leluasa. Kami naik dari dermaga khusus untuk kapal wisata di tepian Sungai Danube dan kapal mulai berlayar tepat jam 18.30. Panorama kota Budapest di malam hari disaksikan dari arah Sungai Danube tak kalah indahnya dengan di siang hari. Kami melewati Parliament Building yang ternyata di malam hari terlihat sangat indah bermandikan cahaya berwarna keemasan. Kalau di siang hari kami menyaksikan kota Budapest dan Sungai Danube dari atas bukit atau dari Fisherman’s Bastion, maka malam itu kami menyaksikan keindahan Budapest dari arah sebaliknya yaitu dari Sungai Danube. Selain Parliament Building, kami juga melewati Chain Bridge yang tak kalah indahnya, Royal Palace, Buda Castle District dan beberapa tempat lain. Parliament Building Hungaria merupakan Gedung parlemen terbesar di Eropa, didesain oleh arsitek Imre Steindl dan dibangun tahun 1880 – 1902. Gedung bergaya Gothic ini berukuran panjang 300 yard (sekitar 274 meter) , lebar 140 yard (sekitar  128 meter) dan memiliki 691 ruangan. Di gedung ini juga disimpan dan dipamerkan mahkota asli King Stephen. Sayang kami belum berkesempatan masuk ke Gedung Parlemen tersebut dan cukup berpuas diri menyaksikan keindahannya dari Sungai Danube. Setelah 1 jam, pelayaran kami di Sungai Danube pun berakhir dan kami kembali ke hotel untuk beristirahat.