Fushimi Inari Taisha
Pagi ini kami akan mulai explore
Kyoto. Tujuan pertama kami adalah Fushimi Inari Taisha, salah satu spot ikonik
Kyoto. Dari apartemen kami jalan kaki sekitar 5 menit menuju stasiun Shichijo
di dekat apartemen untuk naik kereta (Keihan line) menuju Stasiun Fushimi Inari
dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Dari Stasiun Fushimi Inari kami berjalan
kaki menuju Fushimi Inari Taisha sekitar 10 menit melewati rumah-rumah penduduk dan
toko-toko souvenir serta kios-kios makanan dan resto-resto kecil khas Jepang. Kami sampai di
Fushimi Inari
sekitar jam 10 pagi.
Fushimi
Inari Taisha adalah sebuah kuil Shinto yang didedikasikan untuk Inari, dewa
pertanian bagi agama Shinto. Setelah melewati satu torii yang besar yang
menjadi gerbang Fushimi Inari Taisha kami kemudian menuju ribuan torii (senbon
torii) yang sangat terkenal yang membentuk semacam terowongan. Kompleks kuil
ini cukup luas dengan banyak pepohonan yang rindang dan banyak terdapat patung
rubah (kitsune) yang menjadi simbol sebagai pengantar Inari. Oiya, masuk ke kompleks Fushimi Inari Taisha
ini gratis lho. Mungkin kami sudah agak kesiangan ya karena sesampai kami di
sana ternyata sudah ramai sekali jadi mau berfoto tanpa ada orang lain masuk ke
frame agak susah.....hehehe.... Kami gak sampai naik ke Mt Inari untuk
menghemat tenaga karena masih ada beberapa tempat lagi yang akan dikunjungi.
Dari Fushimi Inari Taisha karena
sudah siang dan mulai lapar, kami menuju ke Resto Ramen Gion Naritaya. Mula2
kami naik kereta dari stasiun Fushimi Inari ke stasiun (lupa namanya) kemudian
lanjut naik bus. Resto Naritaya ini juga merupakan resto halal dan muslim
friendly. Menu makanan disini juga enak. Waktu kami makan di sini, kami ketemu
beberapa orang dari Indonesia dan Malaysia, ada yang jalan-jalan seperti kami,
ada juga yang sedang kuliah di sana. Kami juga sholat Duhur-Asar disini karena
di resto ini juga disediakan mushola.
|
tampak depan resto Gion Naritaya |
|
semua makanan halal dan tersedia free wifi juga |
|
salah satu menu ramen di resto Gion Naritaya....hangat dan sedap..... |
|
daftar menu di resto Gion Naritaya |
Ginkakuji (Silver Pavillion atau Kuil Perak)
Setelah kenyang dan melaksanakan kewajiban, selanjutnya kami menuju ke
Ginkakuji (Silver Pavillion/Kuil Perak) dengan naik bus No. 100 dilanjutkan
jalan kaki. Ginkakuji ini merupakan kuil Zen. Mulanya kuil ini merupakan villa
yang dibangun oleh shogun Ashikaga Yoshimasa pada tahun 1482, setelah kematian
Yoshimasa pada tahun 1490 villa ini diubah menjadi kuil. Saat ini Ginkakuji
terdiri dari Silver Pavillion (Kannon Hall), beberapa bangunan lain (Hondo/Main
Hall dan Togudo), taman yang indah dan
taman pasir yang unik (Sea of Silver Sand). Kami berjalan mengelilingi taman dan
bangunan-bangunan yang ada di sana. Tidak seperti Kinkakuji (Golden Pavillion) yang
dindingnya berlapis emas, maka Ginkakuji tidak berlapis perak. Namun konon
katanya jika ditimpa cahaya bulan maka dinding kuil akan berwarna seperti
perak. Tiket masuk ke kuil ini adalah 500 Yen.
Ginkakuji ini juga bisa dicapai
dari Nanzenji Temple dengan berjalan kaki melewati Philosopher’s Path.
Keluar dari kompleks Ginkakuji,
kami kembali berjalan kaki menuju halte bus melewati toko-toko souvenir dan
kios-kios makanan, karena haus kami tergoda membeli es krim matcha (teh hijau) seharga
300 Yen yang ternyata enak sekali.
|
Bus yang lucu |
|
Salah satu kuil yang ada di komplek Ginkakuji |
|
Sea of Silver Sand, taman pasir yang unik |
|
salah satu bangunan yang ada di Ginkakuji |
|
Ginkakuji di kejauhan dengan latar depan Sea of Silver Sand |
|
Ginkakuji di antara rimbun pepohonan |
|
di pelataran Ginkakuji |
|
Komplek Ginkakuji yang teduh |
|
Penunjuk arah Philosopher's Path |
|
Philosopher's Path dengan pohon sakura di sepanjang jalan, kalau musim semi pasti cantik sekali |
Kinkakuji (Golden Pavillion/Kuil Emas)
Selanjutnya dari Ginkakuji kami
menuju Kinkakuji (Golden Pavillion/Kuil Emas) dengan naik bus No 101. Memasuki
area kuil di senja hari di tengah rinai gerimis, kami terpana melihat keindahan
kuil ini. Kuil yang indah ini dibangun tahun 1397 sebagai villa peristirahatan
oleh Shogun Ashikaga Yoshimitsu. Anaknya kemudian mengubahnya menjadi kuil Zen.
Kuil yang terletak di tengah danau ini terdiri dari 3 lantai dan keseluruhan
kuil, kecuali lantai dasar, ditutupi lembaran emas murni, menjadikan kuil ini
sangat berharga. Di atapnya terdapat patung burung phoenix yang juga terbuat
dari emas.
Sore ini ramai sekali pengunjung kuil baik turis maupun
pelajar. Walaupun gerimis namun para pengunjung termasuk kami tetap berusaha
mencari spot yang menarik untuk mengabadikan keindahannya. Pengunjung hanya
bisa melihat kuil dari tepi danau. Terlihat bayangan kuil di permukaan air
menambah keindahan kuil ini secara keseluruhan. Oiya, tiket masuk ke kompleks kuil ini
adalah 400 Yen per orang yang bisa dibeli di loket di pintu masuk, kita juga akan
diberi pamflet mengenai kuil tsb. Terbayang betapa indahnya pemandangan disini
jika kita berkunjung pada musim gugur, daun-daun kemerahan berpadu dengan warna
emas dari kuil. Jika berkunjung pada musim dinginpun pasti akan indah sekali,
putihnya salju bersanding dengan warna emas....hmmm....dalam hati berdoa, semoga suatu saat nanti bisa ke sini lagi....
|
antri bis tujuan Kinkakuji |
|
jalan menuju Kinkakuji |
|
Kinkakuji, warna emasnya sangat indah.....makin indah di bawah rinai gerimis |
|
kuil emas.......akhirnya dapat juga spot foto yang agak sepi |
|
sayang kuil emasnya agak tertutup pohon.... |
|
Kuil Emas dari jarak lebih dekat namun bukan dari view terbaiknya |
Gion
Setelah berkeliling Kuil Emas,
kami melanjutkan perjalanan ke Gion. Gion
terkenal sebagai distrik geisha, terletak di sekitar Shijo Avenue
diantara Yasaka Shrine dan Kamo River. Di area Gion banyak terdapat toko-toko, restoran
dan ochaya (tea houses) dimana para tamu dihibur oleh para geiko dan maiko.
Kami tiba di area Gion menjelang
malam tiba. Kami menyusuri area Shirakawa yang terletak di sepanjang kanal
Shirakawa. Di sepanjang kanal Shirakawa tumbuh pohon-pohon willow, restoran-restoran
dan ochaya. Shirakawa area ini paralel dengan Shijo Avenue. Pengen rasanya
berlama-lama di area Gion ini, menikmati keindahan malam menyusuri kanal
Shirakawa yang di tepinya terdapat bangunan-bangunan tradional (resto dan
ochaya) yang memperindah tepian kanal dengan lampu-lampunya yang bersinar
kekuningan. Kagum karena area ini masih sangat mempertahankan tradisinya.
Namun keinginan kami untuk berlama-lama di sini kalah
oleh capeknya kaki yang sudah dibawa berjalan seharian mengitari Kyoto, juga
oleh turunnya gerimis. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke apartemen
setelah sebelumnya mampir lagi ke resto Naritaya untuk membeli ayam goreng yang
lezat sebagai lauk makan malam kami.
|
Senja di area Gion |
|
Menjelang malam di Gion |
|
Ochaya yang ada di sepanjang kanal Shirakawa |
|
Senja di Gion |
|
sudut-sudut distrik Gion.....abaikan 2 turis tsb ya.... |
|
menyusuri lorong-lorong di distrik Gion |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar