Sabtu, 31 Desember 2016

Kyoto – Day2, 22 September 2016 (Himeji – Hiroshima)



Himeji
Pagi-pagi setelah beres-beres, mencuci pakaian dan sarapan, kami melanjutkan perjalanan kami. Kali ini kami akan menuju ke luar kota Kyoto yaitu ke Himeji dan selanjutnya ke Hiroshima untuk memaksimalkan penggunaan tiket JR Pass kami.  Dari apartemen kami berjalan kaki menuju stasiun Kyoto. Setelah menunggu beberapa saat tibalah si kereta cepat Tokaido-Sanyo Shinkansen yang akan membawa kami ke Himeji. Kami ingin mengunjungi Himeji Castle. Perjalanan Kyoto-Himeji memakan waktu sekitar 45 menit. Sekeluar stasiun maka Himeji castle ini bisa langsung terlihat. Dari stasiun Himeji kami naik bus menuju Himeji Castle yang menjadi tujuan utama kami. Ongkos bus ke Himeji Castle 100 Yen per orang. Sebenarnya jarak stasiun ke castle tidak terlalu jauh hanya kira-kira 1 km dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 15-20 menit, tapi kami harus menghemat tenaga karena masih akan melanjutkan perjalanan ke Hiroshima.
Tiba di pelataran castle kami terkesima melihat keindahan dan keanggunan castle yang berwarna putih ini. Himeji Castle dikenal juga sebagai White Heron Castle (Shirasagijo), sesuai dengan warnanya yang putih dan elegant, juga dikenal sebagai salah satu castle tercantik di Jepang. Castle ini juga termasuk dalam situs warisan dunia versi Unesco. Dan tidak seperti castle lain di Jepang, castle ini tidak pernah hancur karena perang, gempa bumi maupun kebakaran sehingga menjadi salah satu dari dua belas castle di Jepang yang masih asli. Himeji Castle mulai dibangun tahun 1400an dan secara bertahap mengalami perluasan oleh clan yang berkuasa di sana. Kompleks castle ini secara lengkap selesai dibangun tahun 1609. 
Setelah melalui Otemon Gate dan menyusuri Sannomaru yang merupakan lapangan yang di tepinya ditumbuhi pohon sakura, kami sampai di ticket booth untuk membeli tiket seharga 1000 Yen per orang untuk masuk ke dalam Himeji Castle. Pengunjung memasuki castle melalui Hishi Gate. Dari Hishi Gate menuju bangunan utama castle yang terdiri dari 6 lantai, kami melewati beberapa gate dan koridor yang seperti labirin, capek juga berjalan dari satu koridor ke koridor berikutnya. Akhirnya sampailah kami di bangunan utama castle yang merupakan bangunan yang terbuat dari kayu. Untuk masuk ke dalam castle pengunjung harus membuka sepatu dan disediakan kantong plastik untuk tempat sepatu dan payung (kebenaran saat itu gerimis jadi para pengunjung sebagian juga membawa payung).
Kami naik dari lantai paling bawah ke lantai di atas nya melalui tangga yang sempit. Makin ke atas ruangannya makin kecil. Saat ini ruangan-ruangan di castle ini hanya merupakan ruang kosong karena tidak dilengkapi furniture. Di lantai paling atas terdapat kuil (shrine) kecil dimana para pengunjung bisa berdoa di sini. Dari jendela di lantai paling atas kami bisa melihat kota Himeji dari segala penjuru. Juga bisa melihat ornamen pada atap yang berbentuk ikan yang dipercaya bisa menjaga castle dari kebakaran. Setelah berkeliling castle sampai lantai paling atas, kamipun turun dan keluar melalui Hishi Gate, kemudian berfoto-foto sejenak dengan latar belakang castle yang cantik ini. Selanjutnya kami kembali ke stasiun Himeji untuk melanjutkan perjalanan ke Hiroshima.

Himeji Station

Suasana kota Himeji

Bus jurusan Himeji Castle

Himeji Castle yang cantik dan anggun

Koridor yang seperti labirin menuju bangunan utama castle

Castle dari jarak lebih dekat

Pemandangan kota Himeji dari lantai paling atas castle

3 serangkai di depan Himeji Castle

Tiket masuk Himeji Castle


Himeji Castle dari tepi jalan

si kakak di depan Himeji castle

si adik di depan Himeji castle

di depan Himeji Castle

naik turun tangga yang sempit di Himeji Castle

Bagian dalam Himeji Castle

Jalur keluar castle

Masih di depan castle yang cantik

di depan Himeji Station

selfie berempat

selfie berempat

Sanyo Shinkansen 500 Type Eva Project
Setelah menunggu beberapa saat di stasiun Himeji, datanglah kereta cepat yang lucu dan unyu-unyu.... kenapa? karena warnanya unguuuu......  Rupanya ini adalah Shinkansen Evangelion, shinkansen bergaya pop yang mulai beroperasi pada tgl 07 Nov 2015, dan masih terbatas. Beruntung sekali kami bisa naik shinkansen cantik ini yang merupakan Sanyo Shinkansen 500 Type Eva Project. Selain exteriornya yang berwarna ungu, interiornya juga ungu. Sayang waktu itu kami lupa gak foto-foto bagian dalam kereta ini. Perjalanan ke Hiroshima dengan si Evangelion ini memakan waktu sekitar 1,5 jam.

ini dia penampakannya si ungu

cantik ya....

cepat dan cantik
si kakak mau naik si ungu

Hiroshima
Sampai di Hiroshima karena sudah siang dan lapar, kami langsung mencari resto halal, tapi karena kami tidak menemukan resto halal di sekitar stasiun, jadi kami memilih resto kari vegetarian saja, karena menu yang disajikan adalah menu vegetarian jadi  semua masakannya tidak menggunakan hewan dalam bentuk apapun.
Setelah maksi kami lanjut menuju Peace Memorial Park menggunakan tram. Peace Memorial Park merupakan taman di tengah kota Hiroshima yang di dalamnya terdapat beberapa monumen dan museum untuk mengenang peristiwa jatuhnya bom atom di Hiroshima pada saat perang dunia kedua tepatnya pada tanggal 06 Agustus 1945. Kami menyusuri taman ini dan monumen pertama yang kami lihat adalah The A-Bomb Dome atau disebut juga Monumen Perdamaian Hiroshima (Hiroshima Peace Memorial), sebuah monumen yang merupakan sisa sebuah gedung yang terkena bom atom. Di antara monumen yang ada di taman ini, monumen ini yang terlihat paling mencolok karena bentuknya yang khas, dibiarkan apa adanya untuk mengenang betapa ngerinya peperangan. Monumen ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya versi Unesco.
Selanjutnya kami menuju Children Peace Monument, yaitu monumen berupa anak perempuan yang merentangkan kedua tangannya dengan origami burung bangau di atasnya. Monumen ini dibuat untuk mengenang Sasaki Sadako, anak perempuan kecil yang menderita keukimia akibat radiasi dan akhirnya meninggal dunia di usia 12 tahun. Saat bom atom jatuh di Hiroshima, usia Sadako baru 2 tahun. Sadako percaya bahwa jika dia bisa membuat 1000 origami burung bangau dia akan sembuh, namun baru berhasil  membuat 644 origami, dia sudah meninggal dunia. Sampai saat ini, anak-anak dari seluruh dunia datang membawa lipatan kertas burung bangau ke Hiroshima untuk dipersembahkan di dekat monumen ini. Koleksi lipatan burung bangau yang dimiliki monumen ini terus bertambah setiap hari. Beribu-ribu lipatan kertas burung bangau diuntai dengan benang panjang atau disusun membentuk gambar burung bangau atau pesan perdamaian dunia. Setelah selesai dipamerkan, lipatan kertas burung bangau didaur ulang menjadi penunjuk halaman buku, buku catatan, kartu pos dan cenderamata lainnya.
Dari Children Peace Monument kami melewati Cenotaph. Cenotaph ini terletak di tengah-tengah taman berbentuk bangunan lengkung. Di bawah Cenotaph ini terdapat plakat yang berisi nama-nama korban bom atom yang mencapai lebih dari 220.000 orang.
Kami juga melewati Monumen Api Perdamaian yang terus menyala.
Selanjutnya kami menuju Peace Memorial Museum, kami membayar 200 Yen per orang untuk masuk ke museum ini. Museum ini terdiri dari dua bangunan, namun salah satu bangunan sedang direnovasi dan tertutup untuk pengunjung. Di dalam museum kami melihat berbagai benda peninggalan korban bom atom Hiroshima. Ketika berada di dalam museum ini suasana hening, para pengunjung melihat-lihat benda-benda yang dipamerkan dalam diam. Aku sendiri merasa sedih, merinding, melihat betapa dahsyatnya kehancuran yang disebabkan oleh bom atom tersebut. Walaupun ini kunjunganku yang kedua kalinya ke sini, tapi aku tetap merasakan kesedihan yang mendalam.
Setelah melihat museum, karena hari sudah sore, kami memutuskan untuk langsung menuju ke stasiun untuk selanjutnya pulang ke Kyoto.

 
ini salah satu menu di resto kari vegetarian

di depan The A-Bomb Dome

The A-Bomb Dome

3 serangkai di depan The A-Bomb Dome

di kejauhan terlihat The A-Bomb Dome

Children Peace Monument

di sini disimpan origami burung bangau yang dibuat oleh anak2 dari berbagai negara

si kakak di depan Cenotaph
replika bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima

sepeda roda tiga Shinichi Tetsutani, salah seorang anak korban bom atom Hirosima, yang saat kejadian sedang bermain sepeda di halaman rumahnya

baju korban bom atom

sandal dan tas Sadako Sasaki sebagai pelengkap kimono pertamanya, yang selalu dipakainya saat dirawat di RS

Hiroshima Station


kartu pos yang dibuat dari kertas daur ulang origami burung bangau

di tepi Sungai Motoyasu

 
Tiket masuk Peace Memorial Museum

Rabu, 28 Desember 2016

Kyoto – day 1, 21 September 2016

Fushimi Inari Taisha

Pagi ini kami akan mulai explore Kyoto. Tujuan pertama kami adalah Fushimi Inari Taisha, salah satu spot ikonik Kyoto. Dari apartemen kami jalan kaki sekitar 5 menit menuju stasiun Shichijo di dekat apartemen untuk naik kereta (Keihan line) menuju Stasiun Fushimi Inari dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Dari Stasiun Fushimi Inari kami berjalan kaki menuju Fushimi Inari Taisha sekitar 10 menit melewati rumah-rumah penduduk dan toko-toko souvenir serta kios-kios makanan dan resto-resto kecil khas Jepang. Kami sampai di Fushimi Inari  sekitar jam 10 pagi.
Fushimi Inari Taisha adalah sebuah kuil Shinto yang didedikasikan untuk Inari, dewa pertanian bagi agama Shinto. Setelah melewati satu torii yang besar yang menjadi gerbang Fushimi Inari Taisha kami kemudian menuju ribuan torii (senbon torii) yang sangat terkenal yang membentuk semacam terowongan. Kompleks kuil ini cukup luas dengan banyak pepohonan yang rindang dan banyak terdapat patung rubah (kitsune) yang menjadi simbol sebagai pengantar Inari.  Oiya, masuk ke kompleks Fushimi Inari Taisha ini gratis lho. Mungkin kami sudah agak kesiangan ya karena sesampai kami di sana ternyata sudah ramai sekali jadi mau berfoto tanpa ada orang lain masuk ke frame agak susah.....hehehe.... Kami gak sampai naik ke Mt Inari untuk menghemat tenaga karena masih ada beberapa tempat lagi yang akan dikunjungi.
Senbon Torii, jajaran torii yang membentuk semacam lorong






Sejenis "jimat" yg dijual di dekat kuil Fushimi Inari

Selalu ramai di sekitar Torii

Nunggu sepi gak sepi-sepi

selalu ramai di sini
torii di antara rimbunnya pepohonan

tenang dan sejuk....tuh ada kitsune

masih di komplek Fushimi Inari yang tenang dan sejuk
di antara torii yang gagah

Komplek kuil Fushimi Inari Taisha

di komplek Fushimi Inari taisha
toko souvenir yang bertebaran di sekitar komplek Fushimi Inari

Penunjuk arah di komplek Fushimi Inari

haus setelah keliling Fushimi Inari.....jajan orange juice dulu....

Maksi di resto ramen halal Gion Naritaya
Dari Fushimi Inari Taisha karena sudah siang dan mulai lapar, kami menuju ke Resto Ramen Gion Naritaya. Mula2 kami naik kereta dari stasiun Fushimi Inari ke stasiun (lupa namanya) kemudian lanjut naik bus. Resto Naritaya ini juga merupakan resto halal dan muslim friendly. Menu makanan disini juga enak. Waktu kami makan di sini, kami ketemu beberapa orang dari Indonesia dan Malaysia, ada yang jalan-jalan seperti kami, ada juga yang sedang kuliah di sana. Kami juga sholat Duhur-Asar disini karena di resto ini juga disediakan mushola.
tampak depan resto Gion Naritaya

semua makanan halal dan tersedia free wifi juga

salah satu menu ramen di resto Gion Naritaya....hangat dan sedap.....

daftar menu di resto Gion Naritaya

Ginkakuji (Silver Pavillion atau Kuil Perak)
Setelah kenyang dan melaksanakan kewajiban, selanjutnya kami menuju ke Ginkakuji (Silver Pavillion/Kuil Perak) dengan naik bus No. 100 dilanjutkan jalan kaki. Ginkakuji ini merupakan kuil Zen. Mulanya kuil ini merupakan villa yang dibangun oleh shogun Ashikaga Yoshimasa pada tahun 1482, setelah kematian Yoshimasa pada tahun 1490 villa ini diubah menjadi kuil. Saat ini Ginkakuji terdiri dari Silver Pavillion (Kannon Hall), beberapa bangunan lain (Hondo/Main Hall  dan Togudo), taman yang indah dan taman pasir yang unik (Sea of Silver Sand). Kami berjalan mengelilingi taman dan bangunan-bangunan yang ada di sana. Tidak seperti Kinkakuji (Golden Pavillion) yang dindingnya berlapis emas, maka Ginkakuji tidak berlapis perak. Namun konon katanya jika ditimpa cahaya bulan maka dinding kuil akan berwarna seperti perak. Tiket masuk ke kuil ini adalah 500 Yen.
Ginkakuji ini juga bisa dicapai dari Nanzenji Temple dengan berjalan kaki melewati Philosopher’s Path.
Keluar dari kompleks Ginkakuji, kami kembali berjalan kaki menuju halte bus melewati toko-toko souvenir dan kios-kios makanan, karena haus kami tergoda membeli es krim matcha (teh hijau) seharga 300 Yen yang ternyata enak sekali. 
Bus yang lucu
Salah satu kuil yang ada di komplek Ginkakuji

Sea of Silver Sand, taman pasir yang unik

salah satu bangunan yang ada di Ginkakuji

Ginkakuji di kejauhan dengan latar depan Sea of Silver Sand

Ginkakuji di antara rimbun pepohonan

di pelataran Ginkakuji

Komplek Ginkakuji yang teduh

Penunjuk arah Philosopher's Path
 
Philosopher's Path dengan pohon sakura di sepanjang jalan, kalau musim semi pasti cantik sekali

Kinkakuji (Golden Pavillion/Kuil Emas)
Selanjutnya dari Ginkakuji kami menuju Kinkakuji (Golden Pavillion/Kuil Emas) dengan naik bus No 101. Memasuki area kuil di senja hari di tengah rinai gerimis, kami terpana melihat keindahan kuil ini. Kuil yang indah ini dibangun tahun 1397 sebagai villa peristirahatan oleh Shogun Ashikaga Yoshimitsu. Anaknya kemudian mengubahnya menjadi kuil Zen. Kuil yang terletak di tengah danau ini terdiri dari 3 lantai dan keseluruhan kuil, kecuali lantai dasar, ditutupi lembaran emas murni, menjadikan kuil ini sangat berharga. Di atapnya terdapat patung burung phoenix yang juga terbuat dari emas.
Sore ini ramai sekali pengunjung kuil  baik turis maupun pelajar. Walaupun gerimis namun para pengunjung termasuk kami tetap berusaha mencari spot yang menarik untuk mengabadikan keindahannya. Pengunjung hanya bisa melihat kuil dari tepi danau. Terlihat bayangan kuil di permukaan air menambah keindahan kuil ini secara keseluruhan. Oiya, tiket masuk ke kompleks kuil ini adalah 400 Yen per orang yang bisa dibeli di loket di pintu masuk, kita juga akan diberi pamflet mengenai kuil tsb. Terbayang betapa indahnya pemandangan disini jika kita berkunjung pada musim gugur, daun-daun kemerahan berpadu dengan warna emas dari kuil. Jika berkunjung pada musim dinginpun pasti akan indah sekali, putihnya salju bersanding dengan warna emas....hmmm....dalam hati berdoa, semoga suatu saat nanti bisa ke sini lagi....

antri bis tujuan Kinkakuji

jalan menuju Kinkakuji

Kinkakuji, warna emasnya sangat indah.....makin indah di bawah rinai gerimis

kuil emas.......akhirnya dapat juga spot foto yang agak sepi

sayang kuil emasnya agak tertutup pohon....
Kuil Emas dari jarak lebih dekat namun bukan dari view terbaiknya

Gion
Setelah berkeliling Kuil Emas, kami melanjutkan perjalanan ke Gion. Gion  terkenal sebagai distrik geisha, terletak di sekitar Shijo Avenue diantara Yasaka Shrine dan Kamo River. Di area Gion banyak terdapat toko-toko, restoran dan ochaya (tea houses) dimana para tamu dihibur oleh para geiko dan maiko.
Kami tiba di area Gion menjelang malam tiba. Kami menyusuri area Shirakawa yang terletak di sepanjang kanal Shirakawa. Di sepanjang kanal Shirakawa tumbuh pohon-pohon willow, restoran-restoran dan ochaya. Shirakawa area ini paralel dengan Shijo Avenue. Pengen rasanya berlama-lama di area Gion ini, menikmati keindahan malam menyusuri kanal Shirakawa yang di tepinya terdapat bangunan-bangunan tradional (resto dan ochaya) yang memperindah tepian kanal dengan lampu-lampunya yang bersinar kekuningan. Kagum karena area ini masih sangat mempertahankan tradisinya.
Namun keinginan kami untuk berlama-lama di sini kalah oleh capeknya kaki yang sudah dibawa berjalan seharian mengitari Kyoto, juga oleh turunnya gerimis. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke apartemen setelah sebelumnya mampir lagi ke resto Naritaya untuk membeli ayam goreng yang lezat sebagai lauk makan malam kami. 

 
Senja di area Gion


Menjelang malam di Gion

Ochaya yang ada di sepanjang kanal Shirakawa

Senja di Gion
sudut-sudut distrik Gion.....abaikan 2 turis tsb ya....

menyusuri lorong-lorong di distrik Gion